Penjualan mobil listrik di Eropa, khususnya di Jerman, tengah mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa mobil listrik mulai kehilangan pamornya di benua biru tersebut.

Apalagi, produsen mobil asal China gencar memasuki pasar Eropa dengan menawarkan harga yang lebih terjangkau. Situasi ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi produsen mobil Eropa, termasuk BMW.

BMW Group Indonesia sendiri meyakini telah memiliki rencana jangka panjang untuk mengatasi tantangan ini. Jodie O’tania selaku Director of Communications BMW Group Indonesia menyatakan bahwa persaingan justru menjadi pemicu bagi BMW untuk berinovasi.

"BMW telah berusia 108 tahun dan kami telah melewati berbagai krisis dan persaingan. Persaingan tidak selalu negatif, melainkan mendorong kami untuk menghasilkan produk yang lebih kreatif," papar Jodie.

Menurut Jodie, brand bukan sekadar produk, melainkan pengalaman dan nilai tambah yang dirasakan oleh pelanggan. "Ketika seseorang memasuki mobil BMW, mereka akan merasakan sensasi tersendiri. Itu adalah identitas brand kami yang tidak dapat digantikan begitu saja," ujarnya.

Meski begitu, BMW tidak menutup kemungkinan untuk menambah kuota penjualan mobil listrik di Indonesia. "Namun, kami tidak akan membanjiri pasar karena pasokan untuk Indonesia masih aman," imbuh Jodie.

Optimisme BMW ini sejalan dengan pandangan beberapa pengamat industri. Mereka menilai bahwa penurunan penjualan mobil listrik di Eropa bersifat sementara dan disebabkan oleh faktor-faktor seperti lonjakan harga bahan bakar dan masalah rantai pasokan.

Diperkirakan, penjualan mobil listrik akan kembali pulih seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang lebih luas. Dengan rencana jangka panjang dan kekuatan brand yang dimilikinya, BMW diyakini akan mampu mempertahankan posisinya di pasar mobil listrik Eropa yang semakin kompetitif.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini