Pertamax, varian bahan bakar minyak (BBM) unggulan dari Pertamina, tengah menjadi perbincangan karena kandungan sulfurnya yang tinggi. Laporan dari Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, menyebutkan bahwa kadar sulfur pada Pertamax mencapai 400 ppm, jauh di atas standar internasional yang ditetapkan sebesar 50 ppm.

Menurut Rachmat, kandungan sulfur yang tinggi pada BBM akan menghambat kinerja teknologi mesin dalam mengurangi polusi. Hal ini bertentangan dengan klaim Pertamax sebagai BBM berkualitas tinggi yang ramah lingkungan.

Menanggapi hal tersebut, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, membela bahwa kandungan sulfur Pertamax masih sesuai dengan aturan pemerintah, yaitu 400 ppm. Ia juga mengklaim bahwa hasil uji kualitas dari BBPMGB Lemigas Ditjen Migas menunjukkan kandungan sulfur pada Pertamax di bawah 400 ppm.

Namun, penjelasan Heppy bertolak belakang dengan data yang dipaparkan Rachmat. Perbedaan data ini semakin membingungkan masyarakat dan menimbulkan pertanyaan mengenai transparansi dan akuntabilitas Pertamina dalam menyediakan BBM berkualitas.

Persoalan kandungan sulfur dalam BBM menjadi perhatian penting karena berdampak langsung pada kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sulfur yang terbakar akan menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2) yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, penyakit jantung, hingga kanker.

Selain itu, sulfur yang tinggi juga dapat merusak mesin kendaraan, terutama komponen catalytic converter yang berfungsi untuk mengurangi emisi gas buang.

Oleh karena itu, masyarakat berhak mendapatkan informasi akurat dan transparan mengenai kandungan sulfur pada BBM yang mereka gunakan. Pertamina memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa produk BBM yang dipasarkan memenuhi standar kualitas dan ramah lingkungan.

Pemerintah dan lembaga terkait juga perlu melakukan pengawasan dan kontrol yang lebih ketat terhadap kualitas BBM yang beredar di pasaran. Tujuannya adalah untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari dampak negatif BBM berkualitas rendah.

Pembahasan mengenai kandungan sulfur pada Pertamax diharapkan dapat menjadi momentum bagi Pertamina untuk memperbaiki layanan dan meningkatkan kualitas produk BBM-nya. Di era persaingan pasar yang semakin ketat, konsumen berhak mendapatkan produk terbaik dengan harga yang layak.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini