Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan temuan mengejutkan terkait penyaluran BBM subsidi yang salah sasaran. Mayoritas pengguna BBM subsidi Pertalite dan Solar justru berasal dari kalangan sejahtera.
Pertalite Salah Sasaran
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, memaparkan bahwa 80% Pertalite dikonsumsi oleh masyarakat di desil 5 hingga 10, yang notabene termasuk kategori sejahtera. Konsumsi Pertalite per tahunnya mencapai 19 juta KL.
Solar Lebih Parah
Penyaluran Solar subsidi juga lebih parah, di mana 95% dinikmati oleh kelompok mampu. Konsumsinya mencapai 15 juta KL per tahun. Pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi BBM yang sangat besar, rata-rata Rp 119 triliun per tahun. Pada 2022, subsidi BBM bahkan membengkak hingga Rp 292 triliun.
Dampak Penyalahgunaan BBM
Salah sasaran ini tentunya menimbulkan berbagai masalah. Pertama, keuangan negara terkuras karena membiayai subsidi yang tidak tepat sasaran. Kedua, terjadi kesenjangan sosial karena masyarakat miskin yang seharusnya berhak justru tidak mendapatkan subsidi. Ketiga, konsumsi BBM secara berlebihan dapat memperburuk polusi udara.
Langkah Pemerintah
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah berencana menghentikan subsidi BBM bagi masyarakat sejahtera. Pembatasan akan dilakukan berdasarkan kapasitas mesin kendaraan. Mobil dengan mesin 1.400cc atau lebih tidak diperbolehkan membeli Pertalite, sementara mobil diesel dengan mesin 2.000cc dilarang membeli Solar.
Meski diprediksi berdampak pada kurang dari 10% kendaraan di Indonesia, langkah ini diharapkan dapat menghemat anggaran subsidi dan menyalurkan bantuan tepat sasaran kepada masyarakat yang membutuhkan. Ironisnya, di tengah kekayaan alam yang melimpah, Indonesia masih harus berjuang mengatasi salah sasaran penyaluran BBM subsidi. Hal ini menjadi tamparan keras bagi pengelolaan sumber daya negara yang seharusnya berpihak pada kesejahteraan rakyat.