Meski kerap dilakukan upaya penindakan, balap liar seolah telah menjadi fenomena abadi yang sulit dihilangkan di Indonesia. Pengamat transportasi Budiyanto mengungkapkan bahwa aktivitas ini mengalami pasang surut seiring dengan pengawasan yang dilakukan petugas. Namun, saat pengawasan mengendur, balap liar akan kembali bermunculan.

Di Jakarta, beberapa lokasi yang kerap dijadikan ajang balap liar antara lain Taman Mini, Lenteng Agung, Asia Afrika, Jalan Panjang, Podomoro, dan Kelapa Gading. "Saat pengawasan intensif, aktivitas balap liar akan mereda. Tapi begitu lengah, mereka akan muncul kembali," ujar Budiyanto.

Selain berbahaya bagi pelakunya dan pengguna jalan lainnya, balap liar juga memicu pelanggaran hukum lain seperti taruhan atau judi. Budiyanto menekankan perlunya penanganan menyeluruh yang melibatkan berbagai pihak.

"Bagi mereka yang berbakat, seharusnya pemerintah daerah memfasilitasi wadah untuk menyalurkan bakat tersebut," katanya. "Butuh kolaborasi dari kepolisian, Pemda, dinas olahraga, IMI Daerah, dan lainnya."

Sebelumnya, di Jakarta pernah diadakan lomba balap resmi yang diselenggarakan oleh Polri. Dengan begitu, masyarakat yang ingin menyalurkan hobi balapan dapat melakukannya secara legal dan terawasi.

Upaya mengatasi balap liar tidak hanya bergantung pada penindakan hukum, tetapi juga pada penyediaan alternatif bagi para pelakunya. Dengan memfasilitasi kegiatan balap resmi dan mengembangkan program edukasi tentang bahaya balap liar, pemerintah dapat membantu mengurangi fenomena ini secara berkelanjutan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini