Toyota Fortuner, salah satu mobil SUV besutan Toyota, kerap dicap sebagai mobil arogan di Indonesia. Citra buruk ini melekat karena adanya segelintir pengemudi yang bertindak ugal-ugalan di jalan raya. Namun, apakah benar mobil yang menjadi biang kerok citra negatif tersebut?
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandhi, menepis anggapan tersebut. Ia menegaskan, "Jangan salahkan mobilnya, ya, tergantung pengguna." Menurutnya, mobil hanyalah kendaraan yang dapat dikemudikan oleh siapa saja.
"Pengguna Fortuner lain, seperti komunitas Fortuner itu juga mereka menggunakan dengan baik dan sopan. Jadi itu adalah oknum yang mau pakai mobil apapun juga ada yang arogan," imbuhnya.
Anton menambahkan, cap arogan tidak hanya melekat pada Fortuner, tetapi juga pada produk dari merek lain. Namun, menurut pengamatannya, kasus arogansi pengemudi mobil besar belakangan mulai menurun.
"Saya rasa sekali lagi itu cap di media, bukan hanya Fortuner tapi ada juga (mobil) dari brand-brand lain," ujarnya.
Ia pun berharap, ke depannya publik lebih menaruh fokus pada perilaku pengemudi, bukan pada mobilnya. "Jadi apa yang diupayakan oleh media membantu juga nih perilaku-perilaku yang kurang baik di jalanan," katanya.
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa citra arogan yang melekat pada Toyota Fortuner bukanlah disebabkan oleh mobil itu sendiri, melainkan oleh perilaku segelintir penggunanya. Oleh karena itu, penting bagi pengemudi untuk selalu menaati aturan lalu lintas dan mengedepankan etika berlalu lintas, agar tidak hanya citra mobil yang terjaga, tetapi juga keselamatan dan kenyamanan seluruh pengguna jalan dapat terjamin.