Toyota dengan lantang mengatakan banyak cara yang bisa dilakukan untuk menekan emisi gas buang. Pertaruhan besar dengan strategi ‘Multi-Pathway’ diterapkan, dengan menyatakan teknologi mobil hybrid, plug-in hybrid, dan hidrogen juga bisa menekan emisi gas buang, tidak hanya berpatok pada kendaraan listrik.
Dalam laporan Reuters, hampir tiga dekade Toyota memperkenalkan Toyota Prius, yang kini menjadi mobil hybrid terkemuka di pasar. Bahkan salah satu petinggi Toyota menyatakan bahwa di masa depan, Toyota dan Lexus hanya akan memperkenalkan model hybrid, tanpa lagi menghadirkan mobil bensin. Evaluasi terhadap penerapan sepenuhnya hybrid akan dilakukan secara cermat, namun varian hybrid pada model yang telah hadir telah terbukti berhasil. Contohnya, RAV4 yang menjadi SUV terlaris di Amerika Serikat, dengan setengah penjualannya dikuasai oleh model hybrid. Strategi serupa juga diterapkan pada Camry dan model lainnya.
Langkah Toyota saat ini adalah memperkuat dominasi hybrid seiring dengan menurunnya penjualan mobil listrik di dunia. Penurunan penjualan mobil listrik disebabkan oleh harga yang terlampau tinggi dan ketidakpraktisan saat melakukan pengisian daya. Sementara mobil hybrid tidak memerlukan pengisian daya dan dapat beralih dengan mudah antara tenaga bensin dan listrik, tergantung pada kondisi berkendara. Begitu juga dengan plug-in hybrid yang dapat diisi daya dan menempuh jarak sekitar 40 mil (64 km) dengan tenaga baterai sebelum mesin bensin bekerja.
Toyota melihat bahwa mesin konvensional atau Internal Combustion Engine (ICE) masih mendominasi penjualan. Oleh karena itu, Toyota mengembangkan Flex-Fuel Technology untuk membuat produk lebih fleksibel dalam penggunaan energi alternatif dan mempercepat pengurangan emisi karbon. Selain itu, Toyota menjalankan Multi Pathway Strategy dengan menghadirkan berbagai pilihan teknologi kendaraan elektrifikasi (xEV) yang ramah lingkungan, memberikan beragam pilihan mobilitas kepada konsumen.
Semoga informasi ini membantu! 😊
