Pasar otomotif di Indonesia semakin berwarna dengan kedatangan sejumlah merek mobil asal China yang masif dalam enam tahun terakhir. Diawali oleh Wuling dan DFSK pada 2017, beberapa nama besar seperti Chery, Seres, Maxus, Neta, Great Wall Motors (GWM), BAIC, dan BYD mulai memasuki pasar Tanah Air. Kondisi ini juga terjadi secara global, dan studi dari The International Institute of Management and Development (IMD) bahkan menyatakan bahwa merek mobil China akan menguasai sepertiga pasar kendaraan listrik (EV) global pada tahun 2030.

BYD, salah satu merek mobil China, berhasil menempati posisi kedua dalam survei Future Readiness Indicator (FRI), tepat berada di bawah Tesla dan mengungguli merek-merek lain seperti Volkswagen, Stellantis, Hyundai, dan Toyota (yang berada di posisi ke-11). Meskipun data ini tidak langsung memengaruhi penjualan, produsen mobil tetap waspada terhadap pergerakan merek China, termasuk penguasa pasar otomotif nasional, Toyota.

Toyota, sebagai pemegang market share terbesar otomotif di Indonesia, berkomitmen untuk menjaga posisinya. Mereka memanfaatkan jaringan diler dan supplier serta studi yang telah dibangun selama puluhan tahun di dalam negeri untuk menyediakan beragam opsi teknologi kendaraan ramah lingkungan. Selain elektrifikasi (Hybrid Electric Vehicle, Plug-in Hybrid Electric Vehicle, dan Battery Electric Vehicle), Toyota juga memperhatikan mobil berbahan bakar terbarukan seperti Bioetanol, Biodiesel, Hidrogen, dan alternatif bahan bakar lainnya.

Dengan melihat kebutuhan mobilitas masyarakat Indonesia yang beragam, Toyota berusaha memindahkan penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil menuju kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Strategi ini diharapkan dapat menjaga posisi Toyota sebagai pemimpin pasar otomotif di Tanah Air.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini