Polisi di Indonesia sedang berupaya keras untuk memberantas praktik calo dalam penerbitan surat izin mengemudi (SIM). Praktik calo ini telah menyebabkan kondisi lalu lintas menjadi memprihatinkan. Pengendara yang sebenarnya tidak layak mendapatkan SIM bisa memperolehnya dengan cara ‘nembak’ melalui jasa calo. Oleh karena itu, Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi masalah ini dan memastikan bahwa pemohon SIM tidak lagi dapat ‘nembak’ dengan bantuan calo.
Berikut adalah beberapa tindakan yang diambil oleh Polri:
-
Sentralisasi Penerbitan SIM: Direktur Registrasi dan Identifikasi (Dirregident) Korlantas Polri, Brigjen Pol Yusri Yunus, menyatakan bahwa pembuatan SIM akan dibuat lebih terpusat. Dengan sistem terpusat ini, warga yang tidak mengikuti ujian teori maupun praktik akan terdeteksi. SIM tidak akan dicetak jika pemohon tidak mengikuti ujian. Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa setiap pemegang SIM memiliki kompetensi yang sesuai.
-
Pengenalan Wajah (Face Recognition): Polri juga menggunakan teknologi pengenalan wajah (face recognition) untuk mengatasi praktik calo. Pemohon SIM tidak lagi dapat menggunakan jasa calo untuk membuat SIM. Dengan teknologi ini, proses penerbitan SIM menjadi lebih transparan dan akurat.
-
Pelatihan dan Buku Latihan: Polri telah memudahkan warga yang akan mengikuti ujian teori maupun praktik. Kini, ada buku latihan ujian teori SIM yang dapat membantu pemohon mempersiapkan diri. Selain itu, pelatihan praktik SIM juga tersedia di satuan pelayanan SIM (satpas) pada jadwal tertentu. Semua ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pemohon SIM dan mengurangi praktik calo.
Dengan langkah-langkah ini, Polri berharap dapat mengatasi masalah praktik calo SIM dan memastikan bahwa setiap pemegang SIM memiliki kompetensi yang sesuai dengan tugas berkendara di jalan raya. Semoga ini dapat membantu meningkatkan keselamatan dan ketertiban lalu lintas di Indonesia. 🚗🛣️
