Lagi-lagi, fenomena pengendara warga sipil yang menggunakan atribut ala TNI pada kendaraannya menjadi sorotan. Pelat dinas TNI dan Polri seharusnya hanya diperuntukkan bagi anggota resmi. Namun, kita sering menemukan warga sipil yang memasang atribut tersebut pada kendaraan mereka. Terbaru, sebuah insiden melibatkan pengemudi Fortuner bernama Pierre WG Abraham mengundang perhatian publik.
Kronologi Kejadian
Pierre WG Abraham, seorang karyawan swasta, menggunakan pelat dinas TNI palsu pada mobil Fortuner miliknya. Aksi arogan Pierre di Tol Jakarta-Cikampek menjadi viral di media sosial. Ia memotong laju mobilnya dari bahu jalan dan menabrak kendaraan lain. Ketika ditegur, Pierre malah mengaku sebagai adik jenderal TNI Sonny Abraham. Kejadian ini terjadi ketika Fortuner yang dikendarai Pierre menggunakan pelat dinas TNI.
Namun, setelah ditelusuri, pelat nomor tersebut terdaftar atas nama Purnawirawan Pati Asep Adang dan semestinya terpasang pada Pajero Sport. Asep Adang, pemilik aslinya, telah melaporkan hal ini ke Polda Metro Jaya. Pierre WG Abraham ditetapkan sebagai tersangka pemalsuan pelat dinas TNI dan terancam hukuman 6 tahun penjara.
Mengapa Warga Sipil Melakukan Ini?
Praktisi keselamatan berkendara, Sony Susmana, menjelaskan bahwa penggunaan pelat dinas instansi tertentu oleh warga sipil mungkin dimanfaatkan untuk mendapatkan prioritas di jalan. Beberapa jenis kendaraan TNI/Polri dilengkapi dengan alat bantu seperti strobo, pelat nomor, dan warna khusus. Oknum yang tidak bertanggung jawab sering memanfaatkan situasi ini agar terhindar dari kemacetan dan dapat menerobos barikade.
Kesimpulan
Fenomena ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Kita harus terus mengingatkan agar atribut dinas hanya digunakan oleh anggota yang berhak. Artikel ini mengajak kita untuk lebih bijaksana dalam memahami peraturan dan menghormati hak-hak yang berlaku. Semoga kejadian seperti ini dapat berkurang dan kesadaran akan pentingnya aturan lalu lintas semakin meningkat.
Sumber
