Saat ini, keselamatan menjadi salah satu pertimbangan utama dalam penggunaan mobil listrik di Indonesia. Insiden kebakaran baterai mobil listrik yang terjadi pasca-kecelakaan telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Misalnya, kasus yang melibatkan Tesla Model 3 di Moskow dan Tesla Model S yang terbakar.

Menurut Lung Lung, pendiri Dokter Mobil, sebagai langkah antisipasi, pemilik kendaraan listrik sebaiknya memiliki alat pemadam api ringan (APAR) khusus untuk mobil listrik. Namun, APAR tersebut hanya berfungsi sebagai pertolongan pertama karena setiap jenis baterai mobil listrik memiliki karakteristik yang berbeda dan memerlukan penanganan yang berbeda pula.

Di Korea Selatan, metode penanganan kebakaran mobil listrik dilakukan dengan cara mengangkat mobil yang terbakar dan memasukkannya ke dalam bak berisi air hingga api padam. Hal ini dikarenakan baterai mobil listrik dapat terbakar pada suhu yang sangat tinggi, mencapai 2.400 derajat celcius.

Selain itu, Lung Lung juga menekankan bahwa kebakaran pada mobil listrik sering kali berujung pada situasi fatal karena sistem kelistrikan pada beberapa kendaraan masih terhubung langsung dengan baterai high voltage. Hal ini dapat menyebabkan pengunci pintu otomatis seperti power window tidak berfungsi ketika baterai terbakar, sehingga pengemudi dan penumpang kesulitan keluar dari mobil.

Oleh karena itu, sangat penting bagi pemilik dan pengguna mobil listrik untuk memahami risiko dan cara penanganan yang tepat ketika terjadi insiden kebakaran pada kendaraan mereka.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini