Ketika senja mulai menyapa, dua sosok terlihat kompak menunggangi Vespa jadul berkeliling kota. Mereka adalah Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, atau yang akrab disapa Cak Imin. Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kota, mereka menemukan kebahagiaan sederhana dalam deru mesin Vespa yang telah lama bersama mereka.
Anies, dengan Vespa Sprint tahun 1968 warisan keluarga, mengenang masa lalu ketika ayahnya masih menggunakannya untuk beraktivitas sehari-hari. Vespa berwarna silver itu bukan sekadar kendaraan, melainkan sebuah album kenangan yang membawa Anies kembali ke masa kecilnya.
Sementara itu, Cak Imin dengan bangga menunggangi Vespa GS 125 tahun 1956 yang ia beri nama Meriam Bellina. Baginya, Vespa bukan hanya moda transportasi, tetapi juga sahabat yang menemaninya dalam suka dan duka.
Mereka berdua, dikenal sebagai pencinta Vespa jadul, tak hanya menjadikan motor ini sebagai simbol gaya hidup, tetapi juga sebagai bagian dari identitas dan cerita hidup mereka. Di atas Vespa jadul, Anies dan Cak Imin tidak hanya menjelajahi jalanan kota, tetapi juga lorong-lorong waktu yang sarat akan kenangan.