Jakarta – Pengguna jalan tol di Jakarta harus siap-siap mengeluarkan uang lebih banyak untuk membayar tarif tol. Pasalnya, setelah tarif tol Jakarta-Cikampek (Japek) dan Jalan Layang Mohamed Bin Zayed (MBZ) naik mulai 9 Maret 2024, enam ruas jalan tol dalam kota yang dikelola PT Jakarta Tollroad Development (JTD) juga akan mengalami penyesuaian tarif dalam waktu dekat.
Penyesuaian tarif tol dalam kota ini dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) No.544/KPTS/M/2024 tentang Penyesuaian Tarif Pada 6 Ruas Jalan Tol Dalam Kota Jakarta Ruas Semanan-Sunter dan Sunter-Pulogebang Seksi A Kelapa Gading-Pulogebang. Tidak disebutkan kapan dan berapa besaran kenaikan tarif enam tol itu akan disesuaikan.
Enam ruas jalan tol dalam kota yang dimaksud adalah:
- Jalan Tol Dalam Kota (JTD) Semanan – Ulujami
- Jalan Tol Dalam Kota (JTD) Ulujami – Tanjung Priok
- Jalan Tol Dalam Kota (JTD) Tanjung Priok – Cilincing
- Jalan Tol Dalam Kota (JTD) Cilincing – Cakung
- Jalan Tol Dalam Kota (JTD) Cakung – Tanjung Priok
- Jalan Tol Dalam Kota (JTD) Cakung – Cibitung
Berikut rincian tarif terjauh Enam Ruas Jalan Tol dalam Kota Jakarta Segmen Kelapa Gading-Pulo Gebang yang berlaku saat ini:
Golongan | Tarif |
---|---|
I | Rp 19.000 |
II | Rp 28.000 |
III | Rp 28.000 |
IV | Rp 37.500 |
V | Rp 37.500 |
Sementara itu, tarif tol Japek dan MBZ yang baru berlaku mulai 9 Maret 2024 adalah sebagai berikut:
Golongan | Tarif Lama | Tarif Baru | Selisih |
---|---|---|---|
I | Rp 15.000 | Rp 17.000 | Rp 2.000 |
II | Rp 22.500 | Rp 25.500 | Rp 3.000 |
III | Rp 22.500 | Rp 25.500 | Rp 3.000 |
IV | Rp 30.000 | Rp 34.000 | Rp 4.000 |
V | Rp 30.000 | Rp 34.000 | Rp 4.000 |
Untuk pengguna Jalan Layang MBZ, tarifnya adalah sebagai berikut:
Golongan | Tarif Lama | Tarif Baru | Selisih |
---|---|---|---|
I | Rp 10.000 | Rp 15.000 | Rp 5.000 |
II | Rp 15.000 | Rp 22.500 | Rp 7.500 |
III | Rp 15.000 | Rp 22.500 | Rp 7.500 |
IV | Rp 20.000 | Rp 30.000 | Rp 10.000 |
V | Rp 20.000 | Rp 30.000 | Rp 10.000 |
Kenaikan tarif tol ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain inflasi, pengembalian investasi terhadap penambahan kapasitas lajur, dan penyediaan fasilitas darurat di jalan tol. Menurut Vice President Corporate Secretary and Legal PT JTT Ria Marlinda Paallo, penyesuaian tarif ini dibutuhkan untuk memastikan iklim investasi jalan tol yang kondusif, menjaga kepercayaan investor dan pelaku pasar, serta menjamin level of service pengelola jalan tol tetap sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol.
Namun, kenaikan tarif tol ini menuai kritik dari sejumlah pihak, terutama pengguna jalan tol. Mereka menganggap kenaikan tarif tol tidak sebanding dengan kualitas dan pelayanan jalan tol yang sering macet, rusak, dan banjir. Selain itu, mereka juga menilai kenaikan tarif tol akan berdampak pada kenaikan biaya transportasi dan harga barang, yang akan membebani masyarakat di tengah pandemi Covid-19.