Sebuah video yang menunjukkan seorang wanita tanpa helm berbaring di aspal saat dibonceng motor menjadi viral di media sosial. Video tersebut diunggah oleh akun Instagram @hujatbaper pada Selasa (5/3/2024). Dalam video berdurasi 15 detik itu, terlihat wanita tersebut memegang ponsel dan merekam dirinya sambil dibonceng motor. Wanita tersebut kemudian berbaring sambil mendekatkan kepala ke aspal. Tak berselang lama, kepala wanita itu terantuk ke aspal hingga membuat dirinya nyaris terjatuh.
Video tersebut mendapat banyak kritik dan kecaman dari netizen yang menyebut aksi wanita itu sebagai nekat dan berbahaya. Banyak yang menyesalkan bahwa wanita itu melakukan hal tersebut hanya untuk kepentingan konten di media sosial. Beberapa netizen juga mengingatkan bahaya tidak menggunakan helm saat berkendara motor. Menurut mereka, wanita itu berisiko mengalami cedera serius atau bahkan kematian jika terjadi kecelakaan.
Salah satu netizen yang mengomentari video tersebut adalah Head of Safety Riding Promotion Wahana Agus Sani. Ia mengatakan, setiap pengendara sebaiknya memikirkan risiko yang akan didapat ketika hendak membuat konten yang berbahaya. “Perlu diingat hari apes tidak ada di kalender, artinya kita tidak pernah tahu kapan akan mengalami kecelakaan. Mungkin saja kontennya viral, namun jika terjatuh akan berakibat fatal,” ucap Agus, saat dihubungi Kompas.com.
Agus mengingatkan, demi keamanan, setiap pengendara motor harus menggunakan lima perlengkapan berkendara. Mulai dari helm, jaket, sarung tangan, celana panjang, dan sepatu. “Namun yang paling penting dan wajib digunakan adalah helm. Selain helm telah masuk dalam Undang-Undang Lalu Lintas, helm juga merupakan perlengkapan yang sangat penting untuk melindungi bagian kepala dari benturan,” kata Agus.
Aksi nekat dan berbahaya para pemuda pemudi saat sedang berkendara makin marak ditemui. Tidak hanya di Indonesia, fenomena ini juga sering ditemui di beberapa negara. Lalu, mengapa seseorang rela melakukan hal berbahaya hanya untuk sebuah konten di media sosial? Menurut psikolog klinis dari Universitas Indonesia, Dr. Suryani, ada beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan hal tersebut. “Salah satunya adalah faktor sosial, yaitu ingin mendapatkan perhatian, pengakuan, atau pujian dari orang lain. Hal ini bisa dipengaruhi oleh rendahnya harga diri atau kepercayaan diri seseorang,” ujar Suryani, saat dihubungi Tempo.co.
Suryani menambahkan, faktor lain yang bisa memicu seseorang untuk melakukan hal berbahaya demi konten adalah faktor psikologis, yaitu adanya gangguan mental atau emosional yang tidak terdeteksi atau tidak ditangani dengan baik. “Misalnya, seseorang yang mengalami depresi, stres, atau trauma bisa mencari cara untuk melampiaskan perasaannya dengan cara yang tidak sehat, seperti melakukan hal berbahaya atau menyakiti diri sendiri,” tutur Suryani.
Suryani menyarankan, agar seseorang tidak terjebak dalam perilaku berbahaya demi konten, ia harus memiliki kesadaran diri yang baik. Ia harus bisa mengenali kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menetapkan tujuan hidup yang positif dan realistis. “Selain itu, seseorang juga harus memiliki dukungan sosial yang baik, yaitu orang-orang yang bisa memberikan kasih sayang, dukungan, dan bantuan saat ia mengalami masalah atau kesulitan. Hal ini bisa membantu seseorang untuk meningkatkan harga diri dan kepercayaan dirinya, serta mengurangi keinginan untuk melakukan hal berbahaya,” pungkas Suryani.