Pada awal Maret 2024, harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di Indonesia mengalami kenaikan. Sejumlah SPBU seperti Shell, Vivo, dan BP terlihat melakukan penyesuaian terhadap harga BBM yang dijual di Indonesia. Sementara itu, harga BBM nonsubsidi yang dijual Pertamina tetap stabil.
Kenaikan harga BBM nonsubsidi ini tentu berdampak bagi pengguna mobil, terutama yang sering mengisi BBM jenis tersebut. Biaya operasional kendaraan menjadi lebih besar, apalagi jika mengisi tangki BBM dari nol hingga penuh. Berikut ini kami sajikan simulasi perhitungan biaya isi full tank untuk beberapa jenis mobil di Indonesia dengan menggunakan BBM nonsubsidi .
Jenis Mobil | Kapasitas Tangki | Pertamax | Revvo 92 | BP 92 | Shell Super |
---|---|---|---|---|---|
Honda Brio | 35 liter | Rp 453.250 | Rp 500.500 | Rp 489.650 | Rp 508.550 |
Toyota Agya | 33 liter | Rp 427.350 | Rp 471.900 | Rp 461.670 | Rp 479.490 |
Daihatsu Ayla, Toyota Calya, dan Daihatsu Sigra | 36 liter | Rp 466.200 | Rp 514.800 | Rp 503.640 | Rp 523.080 |
Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia | 43 liter | Rp 556.850 | Rp 614.900 | Rp 601.570 | Rp 624.790 |
Mitsubishi Xpander | 45 liter | Rp 582.750 | Rp 643.500 | Rp 629.550 | Rp 653.850 |
Dari tabel di atas, terlihat bahwa biaya isi full tank mobil dengan menggunakan BBM nonsubsidi cukup tinggi, terutama jika dibandingkan dengan harga BBM subsidi seperti Pertalite yang saat ini dijual Rp 10.000 per liter. Jika mengisi full tank mobil dengan Pertalite, biaya yang dikeluarkan akan lebih rendah, misalnya untuk Honda Brio hanya Rp 350.000, untuk Toyota Agya Rp 330.000, dan untuk Mitsubishi Xpander Rp 450.000.
Namun, tidak semua pengguna mobil bisa beralih ke BBM subsidi, karena ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, seperti kualitas BBM, performa mesin, dan efisiensi bahan bakar. Beberapa pengguna mobil lebih memilih BBM nonsubsidi karena memiliki angka oktan yang lebih tinggi, sehingga dapat meningkatkan tenaga dan akselerasi mesin, serta mengurangi risiko knocking. Selain itu, BBM nonsubsidi juga diklaim lebih hemat bahan bakar, karena memiliki nilai kalori yang lebih besar, sehingga dapat menempuh jarak yang lebih jauh dengan volume BBM yang sama.
Oleh karena itu, pengguna mobil harus pintar-pintar mengatur anggaran dan strategi pengisian BBM, agar tidak terlalu terbebani dengan kenaikan harga BBM nonsubsidi. Beberapa tips yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
- Mengisi BBM saat posisi tangki masih terisi setengah, agar tidak terlalu merasakan dampak kenaikan harga BBM.
- Memilih BBM yang sesuai dengan spesifikasi mesin mobil, agar tidak terjadi overkill atau underkill. Jika mesin mobil membutuhkan BBM dengan oktan minimal 92, maka tidak perlu menggunakan BBM dengan oktan lebih tinggi, karena tidak akan memberikan perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, jika mesin mobil membutuhkan BBM dengan oktan minimal 95, maka sebaiknya tidak menggunakan BBM dengan oktan lebih rendah, karena bisa merusak mesin dan menurunkan performa.
- Menghindari penggunaan AC yang berlebihan, karena dapat meningkatkan konsumsi bahan bakar. Jika cuaca tidak terlalu panas, sebaiknya menggunakan kipas angin atau membuka jendela mobil. Jika harus menggunakan AC, sebaiknya atur suhu yang nyaman dan tidak terlalu dingin, serta matikan AC saat mobil berhenti atau macet.
- Mengemudi dengan gaya yang efisien, yaitu menghindari akselerasi dan pengereman yang mendadak, menjaga kecepatan yang stabil, dan menggunakan gigi transmisi yang sesuai. Selain itu, hindari juga membawa beban yang berlebihan di dalam mobil, karena dapat menambah beban mesin dan bahan bakar.
- Melakukan perawatan rutin mobil, terutama pada bagian-bagian yang berhubungan dengan bahan bakar, seperti filter udara, filter bensin, busi, injektor, dan karburator. Pastikan semua bagian tersebut dalam kondisi baik dan bersih, agar tidak mengganggu aliran dan pembakaran bahan bakar. Selain itu, periksa juga tekanan angin ban, karena jika terlalu rendah atau tinggi, bisa mempengaruhi gesekan dan tahanan ban, sehingga membutuhkan tenaga mesin dan bahan bakar yang lebih besar.