Motor bebek atau underbone adalah salah satu jenis sepeda motor yang pernah populer di Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, motor bebek mulai tersisihkan oleh skutik dan motor sport yang lebih diminati oleh konsumen. Hal ini terlihat dari pangsa pasar motor bebek yang terus menurun dari tahun ke tahun.
Menurut data Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI), pada tahun 2012 motor bebek masih mendapatkan pasar 30 persen dari penjualan motor dalam negeri. Namun, pada tahun 2023, pangsa pasar motor bebek tinggal 5,2 persen saja. Artinya, dari total penjualan motor secara nasional pada 2023 yang mencapai 6.236.992 unit, motor bebek hanya laku 300 ribuan unit.
Salah satu indikator yang menunjukkan nasib motor bebek yang semakin suram adalah ketidakhadirannya di pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 yang berlangsung di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. Dari dua booth raksasa sepeda motor Tanah Air, Honda dan Yamaha, motor jenis underbone alias bebek tidak ditonjolkan. Mayoritas produk yang dipamerkan adalah jenis skutik dari 125 cc hingga berkapasitas 250 cc. Selebihnya motor jenis sport untuk off road ataupun on road.
Adapun Honda sebenarnya masih membawa motor bebek. Tapi untuk segmen hobi lewat CT125. Sedangkan booth Yamaha sama sekali tidak membawa line up motor bebek andalannya seperti MX King, Jupiter Z1, dan Vega Force.
Direktur Pemasaran PT Astra Honda Motor Octavianus Dwi Putro menjelaskan motor bebek masih ada peminatnya. "Marketnya masih imbang dengan sport, tapi kebutuhannya pasti berbeda, itu biasanya untuk fungsional, yang di daerah masih minta model itu," kata Octa di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Octa menambahkan, antara Supra GTR dan Revo, itu yang paling laku, menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen di daerah. "Sekarang masih ada (peminatnya) Supra, GT-R masih ada, Revo," ucap dia.
Sementara itu, Sekretaris Umum AISI Hari Budiyanto mengatakan, motor bebek makin kecil peminatnya karena kalah bersaing dengan skutik yang menawarkan kemudahan dan kepraktisan. "Sekarang (pangsa pasar motor bebek) tinggal 5,2 persen, tipe sport segitu-gitu saja, tinggal 5 sampai 10 persen," jelas Hari.
Hari menilai, motor bebek masih punya peluang untuk bangkit jika ada inovasi dan diferensiasi yang menarik dari pabrikan. "Kalau ada yang mau bikin motor bebek yang beda, misalnya bebek listrik, mungkin bisa jadi daya tarik baru," ujar dia.
Demikian artikel yang saya buat tentang nasib motor bebek di Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat dan informatif bagi anda. Terima kasih telah menggunakan layanan Copilot. 😊